Sabtu, 16 Juni 2012

KESUKSESAN KEKAL

Salesman is a Diamond
Penulis : Yuswohady

Kenapa salesman adalah intan? Ya, karena aset paling berharga seorang salesman adalah kejujuran dan integritas. Dan intan adalah perlambang kejujuran dan integritas. "Diamond is enduring symbol of purity and integrity".
Kenapa intan menjadi cerminan integritas seorang salesman? Karena intan adalah salah satu bahan terkeras di muka bumi ini. Selama ratusan bahkan ribuan tahun konon kondisi permukaan sebuah intan tak berubah. Jadi ia tak lekang dimakan usia, bergeming menghadapai berbagai perubahan yang menghinggapinya.
Kejujuran dan integritas punya sifat-sifat yang mirip dengan sifat-sifat intan. Kenapa begitu? Karena kejujuran dan integritas butuh kesolidan dan kekerasan pendirian, tak gampang terpengaruh oleh perubahan apapun; tidak gampang terpengaruh godaan dan iming-iming menggiurkan. Seorang salesman haruslah fleksibel dan responsif terhadap setiap permintaan konsumen. Tapi begitu menyangkut kejujuran dan integritas ia harus seteguh dan sekeras intan, dan tidak mengenal yang namanya kompromi.
Ketika sebagai salesman Anda mampu mempertahankan kejujuran dan integritas dalam waktu lama, maka Anda akan memancarkan aura cayaha yang berkilau-kilau seperti kilauan cahaya intan.

Harta Karun
Harta karun paling berharga bagi seorang salesman bukanlah selling skill & knowledge. Bukanlah kemampuan meyakinkan pembeli; bukan pula kepiawaiannya membangun relationship dengan konsumen; tapi integritas yang terbangun karena si salesman tak pernah bohong, ingkar janji, atau niat jahat menjerumuskan si konsumen. Integritas adalah landasan moral yang menentukan kualitas keseluruhan seorang salesman.
Celakanya, integritas itu tidak dibangun dalam semalam. Integritas terbangun karena track record yang dibuktikan bertahun-tahun. Track record putih bersih yang dibuktikan dan ditunjukkan kepada konsumen akan menjadi kekuatan brand yang luar biasa bagi seorang salesman. Celakanya lagi, integritas itu rapuh. Artinya, sesolid dan selama apapun integritas yang Anda bangun (belasan bahkan mungkin puluhan tahun) bisa hancur berkeping-keping dalam semalam jika Anda menodainya.
Karena itu saya berani mengatakan, kematangan seorang salesman bukanlah ditentukan oleh seberapa banyak klien yang ia tangani atau seberapa banyak closing yang telah dia hasilkan, tapi ditentukan olehseberapa lama ia mampu mempertahankan kejujuran dan integritas tanpa cacat, tanpa noda, dan tanpa kompromi. Ketika itu terjadi maka brand si salesman akan menyerupai permukaan intan yang kinclong kinyis-kinyis.

Sell Character, Not Product!!!
Karena kejujuran dan integritas dibangun dalam kurun waktu lama maka ujung-ujungnya ia akan mengkristal membentuk karakter Anda sebagai salesman. Kalau sudah mengkristal menjadi karakter, maka ia akan betul-betul menjadi sumber keuanggulan bersaing Anda di banding salesman lain. Ia akan menjadi faktor penentu Anda dalam memenangkan hati konsumen. Character is your ultimate competitive advatages. It's your enduring differentiator.
Karena itu saya melihat, sesungguhnya tugas terbesar dan tersulit Anda sebagai salesman bukanlah menjual produk, tapi "menjual" karakter Anda ke konsumen. Ketika Anda sukses melakukan closing penjualan produk saat ini, maka tak ada jaminan Anda akan mampu melakukannya lagi di kemudian hari. Tapi jika Anda sukses "menjual" karakter Anda ke konsumen, maka itu akan menjamin suksesnya penjualan Anda untuk seterusnya.
Ketika aura karakter Anda di mata konsumen berkilau-kilau seperti kilau intan, maka kilau karakter itu akan menjadi pengunci loyalitas konsumen kepada Anda. Mereka tak akan mikir untuk pindah ke lain hati alias beralih ke produk pesaing. Mereka bahkan sudah tidak lagi rewel mempersoalkan fitur produk atau harga yang Anda tawarkan.
Bicara mengenai intan saya jadi ingat film James Bond 007: "Diamonds are Forever". Kalau intan merupakan perlambang kejujuran dan integrity, maka saya bisa membuat sebuah ungkapan indah: "Honesty is forever... Integrity is forever... Character is forever."
Dengan kejujuran, integritas dan karakter dipastikan Anda akan menuai kesuksesan kekal hingga ke ujung jaman, hingga kiamat. Ini barangkali ungkapan paling dalam maknanya bagi setiap salesman.

PNS bisa makmur tanpa korupsi!

Oleh Ligwina Hananto 
0 Komentar
PNS bisa makmur tanpa korupsi!
JAKARTA. Siapa saja tentu geram ketika membaca begitu banyak berita tentang penyelewengan uang negara. Belakangan ini, berita yang paling mengganggu adalah bagaimana, ternyata, ada pegawai negeri sipil yang memiliki rekening gendut. Jika rekening gendut ini memang hasil kerja keras tentu bukan masalah.
Menjadi masalah besar ketika rekening gendut ini merupakan hasil menyalahgunakan jabatan dan hasil merampok uang negara.
Teman-teman yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, tentu saja, banyak yang lebih geram lagi. Berita miring tentang PNS dengan rekening gendut ini telah mencoreng profesi mereka. Masa, sih, PNS dianggap hanya bisa kaya dari korupsi?
Jika sudah berurusan dengan sistem remunerasi PNS, tentu, saya tidak bisa berbuat banyak. Tapi, saya punya 3 usulan yang bisa dilakukan PNS agar kondisi keuangannya lebih baik.

Mengatur pengeluaran

Tentu saja, yang perlu kita atur tidak gaji semata, melainkan total take home pay. Maka, selain memperhatikan gaji, kita perlu memasukkan perhitungan tunjangan, uang dinas, dan lain sebagainya. Jadi, saat mengatur pengeluaran, pastikan PNS sudah memperhitungkan juga penghasilan selain gaji pokok.
Pengeluaran kita terdiri dari 4 kategori besar: menabung/investasi, cicilan utang, pengeluaran rutin, dan pengeluaran pribadi. Untuk mengatur pengeluaran bulanan, kita perlu memperhatikan komposisi menabung/investasi dan cicilan utang.
Rasio menabung sebaiknya 10%–30% dari penghasilan bulanan. Sementara, rasio cicilan sebaiknya maksimal 30% dari penghasilan bulanan.
Pengeluaran rutin dapat dibagi menjadi beberapa pos, termasuk pengeluaran rutin rumah tangga, transportasi, keluarga/anak, sosial, dan lain-lain.

Investasi secara reguler

Apa arti punya dana miliaran jika hasil korupsi kemudian mengantarkan kita ke penjara? Bagaimana jika tujuan ini bukan jumlah uang tetapi tujuan finansial yang bermanfaat bagi keluarga kita.
Jadi, setiap keluarga tak mengejar angka sekian miliar, lalu mencarinya dengan cara korupsi, tapi setiap keluarga akan menentukan berapa target dana yang dibutuhkan setiap tujuan finansial, lalu mencarinya pun bisa dengan bekerja keras dan berinvestasi.
Jika sudah mampu mengatur pengeluaran dengan baik, sekarang saatnya untuk praktek dengan investasi. Untuk setiap 10%-30% penghasilan bulanan, kita dapat mulai berinvestasi. Mulai dulu dengan tabungan. Produk bank ini tidak memiliki risiko pasar. Jika sudah siap, bisa juga membeli emas Logam Mulia. Produk ini mudah didapatkan dan sangat likuid. Risiko pasar tetap ada karena harga emas dunia selalu berubah.
Produk lain yang perlu dipelajari adalah reksadana. Produk ini mudah diakses, bisa dipelajari dengan mudah, dan informasinya tersedia secara umum. Jenis reksadana pun bervariasi dan dapat disesuaikan dengan jangka waktu tujuan finansial.
Reksadana bisa dimulai dengan dana sekecil Rp 100.000. Untuk membeli reksadana, Anda dapat menghubungi perencana keuangan independen, manajer investasi, atau bank yang sudah Anda percaya. Secara matematis, jika Anda menginvestasikan Rp 100.000 per bulan selama 30 tahun ke depan pada produk dengan indikasi hasil investasi 25% per tahun, Anda bisa memiliki dana sebesar Rp 9,4 miliar! Tidak perlu memiliki uang bermiliar-miliar saat ini juga. Anda perlu menikmati proses memilikinya.

Penghasilan tambahan

Bagi Anda PNS yang sudah memiliki penghasilan Rp 3 juta–Rp 20 juta per bulan, Anda tidak punya alasan lagi. Anda harusnya sudah bisa mengatur pengeluaran bulanan dan juga berinvestasi secara rutin.
Tapi, jika Anda termasuk PNS dengan penghasilan yang rendah di bawah 3 juta per bulan, sekarang waktunya Anda dan keluarga berembuk. Hidup dengan penghasilan rendah, karier kurang berkembang, tentu bisa membuat hidup penuh frustrasi.
Jika Anda merasa sudah mengatur pengeluaran dengan baik dan tak ada lagi yang dapat dihemat, kini, saatnya meningkatkan penghasilan bulanan. Ini bisa dilakukan bersama dengan pasangan, sehingga tidak mengganggu kinerja Anda di kantor.
Buatlah daftar ide untuk penghasilan tambahan, seperti dagang kerudung, menjahit pakaian, mengajar musik, mengajar bahasa Inggris, dan seterusnya. Lakukan yang bisa dijalankan. Nah, tunggu apa lagi?
Saat penghasilan tambahan ini datang, apakah Anda sudah siap mengaturnya? Ayo kembali lagi ke pengaturan pengeluaran dan investasi bulanan! Setiap Rp 100.000 yang bisa Anda sisihkan dari penghasilan tambahan ini dapat diinvestasikan lagi dan suatu hari menjadi dana pensiun sebesar Rp 9,4 miliar!
Saya sudah bertemu dengan begitu banyak PNS yang sanggup hidup makmur dengan jujur. Jangan biarkan mereka turut mendapat cap koruptor hanya karena ada oknum yang mencoreng nama baik korps.
Apa pun profesi Anda, Andalah yang bertanggungjawab atas diri sendiri, Anda juga yang bertanggungjawab atas kekuatan keuangan Anda, tanpa perlu korupsi!

INGIN BERHASIL??? TIRULAH SI BODOH

Sumber : Bob SadinoBanyak sekali pertimbangaan seseorang dalam meraih mimpinya, sehingga yang ada hanyalah tinggal menjadi angan-angan belaka. Pada kenyataan-nya justru orang bodoh lah yang lebih sukses karena setiap kali ada peluang, dia yang selalu lebih dulu berani mencoba. Berikut adalah beberapa motivasi yang dapat menyadarkan kita bahwa banyaknya kesempatan emas yang telah hilang akibat kepintaran seseorang:

1. Terlalu Banyak Ide -
Orang “pintar” biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak
satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang “bodoh” mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya

2. Miskin Keberanian untuk memulai -
Orang “bodoh” biasanya lebih berani dibanding orang “pintar”, kenapa ? Karena orang “bodoh” sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang “pintar” telalu banyak pertimbangan.

3. Telalu Pandai Menganalisis -
Sebagian besar orang “pintar” sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang “bodoh”tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses -
Orang “Pintar” merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkan hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang “bodoh” merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

5. Tidak Berani Mimpi Besar -
Orang “Pintar” berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. Orang “bodoh” tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi -
Orang “Pintar”menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang “Bodoh” berpikir, dia pun bisa berbisnis.

7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai -
Orang “Pintar” yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang “bodoh” tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.

8. Maunya Dikerjakan Sendiri -
Orang “Pintar” berpikir “aku pasti bisa mengerjakan semuanya”, sedangkan orang “bodoh” menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan -
Orang “Pintar” menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang “bodoh” berpikir simple, “yang penting produknya terjual”.

10. Tidak Fokus -
Orang “Pintar” sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang “bodoh” tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.

11. Tidak Peduli Konsumen -
Orang “Pintar” sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang “bodoh” ?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

12. Abaikan Kualitas -
Orang “bodoh” kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sednagnkan orang “pintar” sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

13. Tidak Tuntas -
Orang “Pintar” dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang “bodoh”mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.

14. Tidak Tahu Prioritas -
Orang “Pintar” sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang “Bodoh”? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan prioritas

15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas -
Banyak orang “Bodoh” yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang “Pintar” malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

16. Menacampuradukan Keuangan -
Seorang “pintar” sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.

17. Mudah Menyerah -
Orang “Pintar” merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang “Bodoh” seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...