Sabtu, 25 Agustus 2012

Hukum Menerima Sukses

Hukum Menerima Sukses

  •  oleh Sri Astuti  
  •  The Law of Allowing atau the Path of Least Resistance
Dalam bahasa Indonesianya, maksudnya adalah, Hukum Menerima segala sesuatu dengan Ikhlas.
Ini adalah salah satu hukum paling penting.
Penerapan ke semua hukum universal sukses sebelumnya hanya akan menghasilkan efek positif sebagaimana yang kita inginkan bila kita tidak meninggalkan yang satu ini.
Ibaratnya keseluruhan hukum universal sukses ini adalah sebuah mesin, maka hukumthe Law of Allowing atau Hukum Menerima ini adalah olinya, yang membuat semua bagian mesin tersebut berjalan dengan lancar, "smooth", tanpa friksi atau gesekan yang merusak.
Tetapi menerima ini sini bukan berarti menerima semua keadaan dengan sikap pasrah, yang lebih cenderung ke arah menyerah sebagaimana sering dipahami banyak orang saat ini.
Sering sekali orang menggunakan alasan "ini sudah kehendak Tuhan" untuk tidak melakukan apa-apa untuk merubah suatu kondisi.
Bukan. Bukan "menerima" macam ini yang dimaksud dengan Hukum Menerima di sini.

Fokus pada fakta bahwa hidup kita sudah kaya

Hukum Menerima berarti kita bisa menerima kehidupan yang kita inginkan saat ini juga, karena pada dasarnya kita memang sudah dikelilingi oleh kehidupan impian ini.
Hanya saja bila fokus kita ke arah yang salah, maka kita tidak akan bisa merasakan kehidupan yang menyenangkan ini.
Ibaratnya kita duduk di dekat sebuah sungai, tetapi kita tidak menghadap ke sungai tersebut, maka kita tidak akan bisa melihat sungai tersebut selama kita berkeras tidak mau mengubah arah pandangan kita.
Dengan adanya hukum ini, kita dituntut untuk selalu ingat bahwa alam ini sudah diciptakan dengan sempurna dengan tingkat harmoni yang tinggi, sehingga segala sesuatunya sudah diatur untuk berjalan dengan lancar, tanpa harus dikejar, tanpa campur tangan manusia.
Energi penciptaan bervibrasi menarik segala sesuatu yang mudah, mulus, lancar tanpa hambatan. Sehingga ketika kita menginginkan sesuatu tetapi kemudian yang tertarik ke dalam diri kita adalah segala hal yang terasa membebani, menyulitkan, tidak menyenangkan, maka itu berarti ada yang salah dengan jalan yang kita tempuh.
Emosi negatif yang kita rasakan memberi kita pertanda bahwa kita sedang berjalan atau melihat ke arah yang salah sehingga justru menghambat energi Penciptaan Sang Kuasa untuk Anda.
Kesuksesan (semua keinginan) yang telah kita minta justru akan semakin cepat dirasakan bila kita berhenti jungkir balik mengejarnya atau memaksakan diri dengan segala cara mendiktekan kemauan kita.
Sukses akan mulai kita rasakan bisa kita bisa melihat dan menikmati hidup yang sudah kita miliki ini sebagai sesuatu yang "sudah" indah, sebagai modal untuk menerima yang lebih indah lagi.

Konsep "Early Bird" menjerumuskan

Burung dan cacingnya


Burung dan Cacingnya
Anda mungkin pernah mendengar peribahasa yang mengatakan, "The early bird gets the worms" atau "Burung yang bangun lebih pagilah yang mendapat cacing (makanannya)."
Maksudnya, "Kalau mau kebagian rejeki lebih banyak dari orang lain, bangunlah lebih pagi, sebelum kedahuluan orang lain."
Istilah ini bahkan kemudian menjadi sebuah jargon pemasaran, "Early Bird" atau pembeli awal, yang biasanya mendapat fasilitas berbeda dari pembeli berikutnya.
Pesan harfiah dari peribahasa ini adalah, bergeraklah lebih cepat, bekerjalah lebih keras dan bersainglah dengan orang lain bila ingin mendapatkan hasil lebih banyak.
Tapi, tahukah Anda betapa "menyesatkannya" ajaran ini?
Di alam raya ini semua burung mendapatkan cacingnya.
Jutaan spesies burung di luar sana, semua kebagian cacing mereka, entah mereka bangun pagi atau tidak.
Ketika Tuhan menghendaki kelangsungan hidup spesies burung, betapa banyaknya pun jumlah mereka, maka itu berarti Tuhan juga akan menyiapkan jumlah cacing yang mencukupi untuk mereka semua, bukan?
Inilah esensi hukum the Law of Allowing atau Hukum Menerima itu, bahwa tidak ada yang perlu kita perebutkan mati-matian dengan orang lain di dunia ini.
Hidup ini bukan sebuah persaingan atau perlombaan tentang siapa yang mendapat atau mengumpulkan harta benda lebih banyak. Hidup ini juga bukan sebuah kekhawatiran tentang tidak kebagiannya kita akan rejeki Tuhan yang melimpah ruah.
Kita semua pasti kebagian. Kita harus percaya bahwa Tuhan punya cukup kekayaan untuk dibagikan kepada kita semua sesuai dengan yang kita inginkan, tanpa harus kita merebut, mengambil, "mencuri" atau bahkan hanya sekedar iri terhadap milik orang lain.
Kita pasti mendapat semua yang kita inginkan, langsung dari yang Maha Kuasa tanpa kita harus berbuat curang, melakukan kriminalitas, melanggar hukum atau sekedar melanggar batas-batas moral yang kita miliki sendiri.

Mata hati, Nurani, kompas dan rambu hidup kita

Ya semua orang, bahkan para kriminalpun, memiliki hati nurani, atau hati kecil yang pasti merasa tidak nyaman ketika mereka melakukan tindakan "jahatnya".
Kita semua sudah memiliki "inner compass" atau panduan internal dalam diri berupamata hati kita untuk membantu menentukan apa yang salah serta apa yang benar.
Jadi siapapun, pasti tahu, atau paling tidak merasa, bila mereka melakukan kesalahan. Perasaan mereka tidak akan nyaman, tidak akan positif.
Jadi, jangan lakukan itu. Jangan lakukan sesuatu yang mengusik ketenangan hati nurani Anda.
The Law of Allowing atau Hukum Menerima mengajarkan bahwa kita tidak perlu melakukan sesuatu bila hal tersebut tidak terasa nyaman di hati kita dan terasa ada sesuatu yang salah.
Apa yang terasa salah ini itulah resistance yang kita rasakan, resistance atau penolakan yang terasa karena kompas internal hidup kita yaitu si Mata Hati/Nurani berusaha menolaknya.
Nah, Hukum Menerima mengajarkan kita untuk mencari cara yang paling kecil penolakannya (the Path of Least Resistance). Atau dengan kata lain, cara yang kita tempuh untuk menikmati hidup sukses ini hendaklah cara yang paling bisa diterima oleh Hati Nurani kita yang selalu terhubung dengan petunjuk Tuhan.
The Law of Allowing atau Hukum Menerima juga mengajarkan bahwa energi penciptaan, energi sukses, energi kelimpahan itu terasa menyenangkan, indah dan penuh harmoni dengan hidup kita, selalu positif. Selalu.
Jadi bila sesuatu terasa negatif, berarti ada yang salah, dan harus dikaji ulang.
Bila Anda terus menerus terjebak masalah yang sama, berhenti. Evaluasi situasi Anda. Dan coba berbalik atau berganti arah.
Bahkan sebuah tujuan muliapun, misalnya, bila terus menerus terhadang tantangan, juga harus dievaluasi. Mungkin itu berarti ia menempuh arah yang salah. Harus coba arah lain.
Adanya halangan atau hambatan mungkin juga berarti Tuhan ingin mengatakan bahwa hal tersebut tidak perlu Anda lakukan, karenanya Dia menempatkan halangan demi halangan di depan Anda agar Anda berhenti memaksakan kehendak Anda.
Lepaskan dayung, nikmati saja perjalanannya
Lepaskan Kayuh.
Nikmati Saja Perjalanannya
(gambar courtesy
www.lawofattractionecards.com)
Sering dalam hidup ini, kita hanya perlu "Just let go of the oars. And let the current take you. Enjoy the journey and the scenery around you."
Atau "lepaskan dayung Anda, biarkan arus membawa Anda kemana pun ia mengalir. Selama Anda tahu sungai tersebut mengarah ke tujuan yang ingin Anda capai, Anda tidak perlu mengayuh terlalu keras, atau bahkan tidak perlu mengayuh sama sekali kalau perlu. Nikmati saja perjalanan dan pemandangan di sekitar Anda."
Ya, untuk sukses total, Anda harus berani berhenti mengejar dan berusaha terlalu keras. Anda tidak perlu lakukan itu. Anda tidak perlu "membanting tulang, bersimbah peluh". Ada cara yang lebih baik, lebih positif, bila Anda percaya.
The Law of Allowing atau the Law of the Least Resistance atau Hukum Menerima dengan Penolakan Sekecil Mungkin ini menuntut kita untuk meminta bentuk kehidupan yang kita inginkan kepada Tuhan, lalu menyerahkan petunjuk sepenuhnya kepada ke-Maha Tahuan-Nya, dan kemudian tinggal mengikuti petunjuk tersebut, sehingga semua terasa mudah.
Bila hidup Anda penuh penderitaan, penuh perjuangan tanpa akhir, duka nestapa tiada henti, air mata berkepanjangan, konflik dan intrik, dan semua yang tidak menyenangkan, maka, maaf pembaca, saya harus jujur pada Anda, bahwa itu berarti Anda telah memaksakan diri untuk menempuh jalur yang tidak sesuai dengan yang telah digariskan-Nya.
Anda memaksakan diri untuk menerjang segala rintangan yang mungkin sengaja dipasang-Nya untuk membuat Anda mengubah arah, mengubah paradigm dan cara pandang hidup Anda.
Anda memaksakan diri dan tidak bersedia menerima petunjuk dan pemberian Tuhan yang sebenarnya justru menjamin kehidupan yang lebih baik untuk Anda.
Halangan demi halangan telah ditaruh Tuhan di hadapan Anda agar Anda berbalik arah, tetapi Anda nekat maju terus.
Anda tahu pekerjaan Anda tidak menyenangkan, tidak menghasilkan, tidak menghargai potensi Anda, penuh persaingan tidak sehat yang menguras energi, tidak membawa kepuasan batin, tidak membantu Anda menjadi orang yang lebih baik, bahkan juga tidak mencukupi secara ekonomi, tetapi Anda terus maju. Bertahun-tahun, dari hari ke hari, terus bertahan walau Anda tidak bahagia, walau di belakang mengomel dan mengeluh, hanya karena Anda tidak berani keluar darinya dan mencoba sesuatu yang baru.
Anda tahu uang yang Anda terima ini salah secara moral, mungkin tidak halal atau meragukan, tetapi karena Anda tidak yakin bahwa kalau Anda tidak mengambil uang tersebut Anda bisa kaya, maka Anda ambil juga, walau penuh pergumulan batin. Anda tidak tentram sesudahnya karena Anda tidak percaya akan penjagaan-Nya.
Ini hanyalah dua contoh nyata kasus yang tidak mengindahkan Hukum Menerima, tidak mau menerima dan mendengarkan bisikan Hati Nurani dan perasaan sebagai "bahasa" Tuhan untuk berkomunikasi dengan kita.
Maka apa mengherankan kalau kemudian, walau banyak orang yang punya uang atau jabatan, atau harta benda, tetapi mereka tidak bisa disebut sukses karena kehidupan mereka bertentangan dengan tugas hidup dan amanat dari Sang Pencipta?
Ingat, Kunci Sukses adalah:
Ask and receive. (Mintalah lalu terimalah).
Bukan
Ask and achieve. (Mintalah lalu kejarlah sendiri).

Percakapan dua ekor burung tentang cacing.


burung dan cacing
"Aku pernah bangun jam 5.30 (Catatan: pagi sekali untuk ukuran burung ini),
dan berhasil menangkap seekor cacing. Percaya deh,
yang aku dapat itu tidak sebanding dengan capeknya."

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...